Bagi pasien DM, kegiatan berpuasa (dalam hal ini puasa Ramadhan) akan mempengaruhi kendali glukosa darah akibat perubahan pola dan jadwal makan serta aktivitas fisik. Berpuasa dalam jangka waktu yang lama akan meningkatkan risiko terjadinya komplikasi akut seperti hipoglikemia, hiperglikemia, ketoasidosis diabetikum, dan dehidrasi atau thrombosis.
Pertimbangan medis terkait risiko serta tatalaksana DM secara menyeluruh harus dikomunikasikan oleh dokter kepada pasien DM dan atau keluarganya melalui kegiatan edukasi. Jika pasien tetap berkeinginan untuk menjalankan ibadah puasa Ramadhan, maka ada beberapa hal yang arus diperhatikan:
- 1-2 bulan sebelum ibadah puasa, melakukan pemeriksaan kesehatan menyeluruh (kadar glukosa darah, tekanan darah, dan kadar lemak darah
- Pasien tetap memantau kadar glukosa darah secara teratur, terutama pertengahan hari dan menjelang berbuka puasa
- Jangan menjalankan ibadah puasa jika merasa tidak sehat
- Melakukan penyesuaian dosis serta jadwal pemberian obat antihiperglikemia oral/ insulin oleh dokter
- Hindari melewatkan waktu makan atau mengkonsumsi karbohidrat atau minuman manis berlebih
- Hindari aktifitas fisik yang berlebihan terutama beberapa saat menjelang waktu berbuka puasa
- Jika kadar glukosa darah <70mg/dl atau >300mg/dl segera batalkan puasa untuk menghindari ketoasidosis diabetikum
- Selalu berhubungan dengan dokter selama menjalankan ibadah puasa.
Penyesuaian terapi DM tipe 2 pada pasien yang berpuasa:
- Metformin
- Jika sebelumnya penggunaan 1x sehari, dapat dikonsumsi setelah buka puasa. Jika 2x sehari, bisa dikonsumsi setelah buka puasa dan sahur. Jika 3x sehari, maka saat buka puasa obat diminum 2 tablet sekaligus, dan saat sahur 1 tablet.
- Acarbose dan penghambat DPP-4
- Tidak perlu penyesuaian dosis selama puasa
- Thiazolidinedion
- Tidak perlu penyesuaian dosis, obat dapat diminu saatg berbuka ataupun sahur
- Sulfonilurea
- Jika pemberian 1x sehari, bisa diminum saat berbuka puasa
- Jika 2x sehari, maka dosis saat berbuka sama dengan dosis sebelumnya namun dosis saat sahur harus diturunkan terutama pada pasien dengan glukosa darah yang terkontrol
- Penghambat SGLT-2
- Dianjurkan saat berbuka puasa namun tidak perlu penyesuaian dosis, dan dianjurkan mengkonsumsi cairan dalam jumlah yang cukup
- Insulin
- Penggunaan insulin selama puasa dapat mengakibatkan hipoglikemia
- Pemberian insulin kerja menengah/ panjang sekali sehari diberikan saat berbuka puasa dengan dosis yang diturunkan 15-30% dari dosis sebelumnya. Bila diberikan 2xsehari maka dosis pagi hari diberikan saat berbuka puasa, dan dosis sore hari diturunkan sebesar 50% dan diberi saat sahur
- Insulin kerja cepat/ pendek makan diberi saat berbuka puasa dengan dosis normal, dosis siang hari tidak diberikan, dan saat sahur dosis ditrunkan 25-50% dari dosis sebelumnya
- Insulin premixed 2x sehari, maka dosis saat berbuka puasa tetap dan dosis saat sahur diturunkan 25-50% dari dosis sebelumnya
Aktivitas dan latihan fisik selama Ramadhan
- Rutin dilakukan dengan diteruskan selama Ramadhan
- Olahraga ringan dan sedang dapat dilakukan pada pagi hari atau setelah berbuka puasa
- Olahraga berat harus dihindari selama berjam-jam puasa dan terutama sebelum buka puasa karena risiko tinggi hipoglikemia dan dehidrasi
- Sholat tarawih yang dilakukan juga merupakan bagian dari aktivitas olahraga sehari-hari karena melibatkan aktivitas fisik yang teratur seperti rukuk, berlutut, dan bangun
Sangat membantu sekali